Jumat, 28 Juni 2013

Karimun Part #2 (Bingkisan dan Sepucuk Surat)

Perlahan ku buka bingkisan berukuran dua puluh kali sepuluh senti meret persegi itu, pelan sangat pelan ku buka agar bungkusnya tak koyak. Penasaran dan haru bercampur memenuhi rongga dada. Sudah dari malam saat pesta berlangsung ingin ku buka bingkisan itu, namun karena memang di larang oleh adik adik karib untuk tidak di buka saat itu. Maka ku buka sepulang dari toko buku.

Begitu namapuk oleh ku isi bingkisan itu, serentak kelenjar air mata ku bereaksi seakan akan menucur. Ku tahan sebisa mungkin, diantara isi bingkisan itu terselip sepucuk surat yang isinya begitu mengharukan,

"Bapak, ini ada bingkisan dari kami remaja surau Al Huda untuk Bapak....."
"Bapak jangan lupakan kami ya pak, inget selalu kami ya pak...."
"Kami sangat kehilangan Bapak, cepet pulang ke Sungailakam lagi ya pak"....
"dan Kamu ucapkan terimakasih banyak ya pak atas semuanya, sekali lagi terimakasuh pak,..."
"Kami selalu merindukan Bapak"... "Terimakasih ya Pak"...
"Sekali lagi terimakasiiih ya pak"....

Walau simpel, tapi saat mengimajenasikan wajah-wajah mereka mengeksperesikan kalimat-kalimat isi surat itu, membuat ku tak kuasa untuk terus membendung air mata ini. Kemudian ku peluk, ku ciumu sebuah sarung berwarna hijau itu, warna yang sejuk kesukaanku. Ku ulang lagi membaca surat itu, terus berulang kali ku baca. Sampai sampai kain sarung hijau itu basah oleh air mata ku.

Begegas ku bereskan bingkisan itu, ku usahakan terbungkus seperti sedia kala. Lalu ku bongkar hasil belanja di toko buku tadi, dan ku buka semau. Ku tiliskan pesan pesan balasan dalam buku itu dan ku sebut kan nama-nama mereka satu persatu, sambil terus menulis air mata solah menjadi tintanya di atas susunan kertas yang menyusun buku-buku itu. Rasanya masih kurang, ingin sekali ku penuhi halaman-halaman kosong dalam buku itu dengan tulisan-tulisan ku. Walau hanya ungkapan biasa setidaknya bisa menjadi pengingat mereka juga diri ku sendiri.

Serapih mungkin ku susun buku-buku tadi menjadi sebuah bingkisan. Di tengah gerimis hari itu, ku antar bingkisan itu ke salah seorang ibu dari adik adik karib ku, ku titipkan bingkisan itu kepadanya. Tak sempat terucap pesan secara langusng mereka, sedangkan saat menitipkan saja rasanya lidah ini kaku sekali sudah untuk digerakan. Terbata-bata ku ucapkan, "Mbak, nitip ini buat anak-anak ya bu, tolong jaga mereka. Terimakasih.......". hanya itu yang terucap, kemudian pamit.

0 Komentar:

Posting Komentar