Selasa, 25 April 2017

Timur Mentari Baru



lihatlah timur
mentari baru yang terbit
dari dalam kesadaran
posisi merawat potensi
kedirian sejati

timur mentari
membawa pagi
berseri hidup asri
sepanjang hari

pada barat
menenggelam hari
indah bersenja
di cakrawala
terbalut jingga
sendiri

hingga malam menjelang
menelan kelam
menabur gemintang
riang

melayar damai
berpayung teduh
sinar rembulan

cengkrama anak ikan
menyongsong permukaan
Membawa haru
menuju penjuru jalan
pulang pada rumah
berhati


Salam Selamat Jalan



Salam Selamat Jalan
*Mayoe

pada paruh usiaku
yang masih berbelas belia
kutulis sajak sederhana
tentang harum semerbak
wangi berbusana alim
perjalanan malam alam isra'
mi'raj rasul yang berjenjang
dari lapis ke lapis
menembus cahaya berkilat
do'a mengiring salam
selamat jalan para peri
bumi di desa dusun sunyi
berlatang-talang beringin tua
pada lembah-lembah senja
yang menyeru petualang
melangkah pasti
mendaki tinggi
menakluk diri
memeluk sepi
melubuk hati
mendalam parigi
mengalir airi
hidup bersawah ladang
tumbuh berkasih sayang
mengalah bijak pada siang
rerumputan beringin tanggal lengang
berkicau riang lalu terbang
menghinggapi dahan kokoh berdaun rindang
tegak berdiri mengorbankan batang memohon pulang
padi tunduk rukuk sembahyang



Lowanu, 23 April 2017


Minggu, 16 April 2017

Perpisahan Jembatan Pelangi


Dari balik pintu sunyi
Kulihat rembulan pucat pasi
Pada pagi yang juga mulai basi
Mengenang sayup wajah bersedih hati
Mendalam deras aliran air mata dari lubuk sepi
Senyap terjadi di jembatan pelangi
Berwarna-warni pergi dan menanti
Sebuah janji untuk kembali

Baku dapat saling memberi
Hidup berperi bumi pertiwi
Menjaga manusia desa asri
Berseri wangi melati pagi hari
Menerbit mentari dari balik bukit hati

Yang menyinarkan sapa senyum bening
Yang mengalirkan tetes embun hening
Yang menggantungkan ujung daun kering
Yang memohonkan salam belantara asing
Yang menyilaukan gerlap mata terpicing

Dari sorot pandang berperi
Laku melepasku jauh pergi
Dari tepi sampan terlihat pasti
Masih tegak berdiri
Dalam diam bibir pantai

Terhalang hilang di balik bukit tanjung ilalang
Yang mengakar dalam jiwa menggersang
Tandus mengalunkan lagu rindu
Aroma anyir tubuh siangmu
Hangus terbakar terik mentari
Di lepas pantai laut langitmu
Yang biru 

Jumat, 14 April 2017

Sabeta Geti Lama





Sabeta geti lama
Bercerita suka duka
Tanah basah melara sahaya 
Diam memohon belantara jiwa
Tabah mematung hidup kehidupan angkara
Murka mata jelata

Sabeta geti lama
Di pohon sagu merindu rimba
Mengolah sangkar dalam geliat bergelora semesta
Meraja hingga dasar mengakar mantra
Kalamata buta membuka cakrawala
Sederhana bersahaja merawat luka

Sabeta geti lama
Membara di bawah para
Kelapa dipanggang bertapa panas
Kepala petualang menghela nafas
Dalam dada lapang dari lara bernyawa
Bahtera mengembang layar luas samudera
Lentera membayang tenggelamkan surya
Berpura menggenggam kuasa senja

Sabeta geti lama
Mengembara sirna dari dina
Dunia nestapa menyela celaka
Hidup kota mendusta desa
Berkabut kawah candradimuka
Kering kemarau menerpa tempa beta
Jatuh cinta kepada lapar dahaga
Tiada tara yang berkarang mutiara

Sabeta geti lama
Menggembala domba bersama-sama
Mengolah karsa mencipta rupa bercerita
Suara merasa terduga aroma warna
Meraba aura sutera
Busana kesatria para raja menyala
Pada beranda istana berkilau jelita
Pelita bercahaya menjamu kartika
Menyuguh kirana sahabat beta
Geti lama