Kamis, 18 April 2019

[Guru SD Negeri Amboniki]

Photo with SDN Amboniki teachers when our student performs storytelling at a cafe in the district capital 
to raise funds to take part in a national tale competition in Yogyakarta.

Perkenalkan ini adalah guru-guru yang ada di SD Negeri Amboniki. 

Dari kiri ya; adalah Pak Karmawan. Guru Garis Depan yang direkrut langsung oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pak Karmawan adalah guru Penjas. Di sekolah pak Karmawan rajin sekali mengajak anak-anak olah raga. Saat apel pagi misalnya, anak-anak diajaknya senam.

"Walau sekedar lima menit, yang penting ada gerak fisik sebelum belajar." kata pak Karmawan suatu pagi pada saya. Memang hal ini bisa membangkitkan anak-anak berpartisipasi aktif saat belajar.

Berikutnya adalah Pak Ismansyah. Beliau juga Guru Garis Depan, mengajar sebagai Guru Kelas VI. Beliau cukup aktif melayani setiap perkembangan anak-anak di dalam kelas. Selain itu juga sabar menghadapi anak-anak yang membutuhkan waktu lama untuk memahami suatu pokok materi. 

Selain aktif di sekolah, pak Isman (panggilan akrabnya) juga aktif mengkoordinir teman-teman Guru Garis Depan (GGD) di Kecamatan. Seperti saat mengadakan kegiatan 'Latoma Fun Camp' beliau langsung berinisiatif menggerakkan teman-teman GGD se-Kabupaten untuk terlibat. Berbondong-bondong GGD naik ke Latoma untuk berkemah bersama guru dan siswa se kecamatan Latoma. 

Lalu, seorang Ibu di samping saya adalah Kepala Sekolah kami yang paling keren; Ibu Hadia. Beliau selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang menunjang pendidikan. Mulai dari mendampingi anak-anak berkemah, mengikutkan anak-anak olimpiade sains kuark sampai begitu antusias mendukung dengan semua daya upayanya memberangkatkan Frisa Ramayani (siswinya) mengukuti Final Lomba Cerita Anak di Yogyakarta. 

KS (biasa kami memanggilnya) juga begitu aktif melakukan pembangunan di sekolah, mulai dari perumahan untuk guru sampai toilet bersih untuk warga sekolah. 

Sebelahnya KS adalah Ibu Asniatin. Beliau adalah guru ASN yang begitu sabar dan terampil saat mengajar kelas rendah. Kami, terutama saya pribadi sering meniru metode-metode mengajarnya. Mulai dari memberi sinyal, memberi apresiasi sampai memberi perintah atau permintaan di dalam kelas. 

Kesabarannya juga terbukti, saat berada di desa, di sekolah, Ibu Asniatin selalu membawa dua anaknya yang masih kecil-kecil (3 tahun dan 4 tahun). Sambil mengajar, sambil mengurus anaknya. Luar biasa. 

Selanjutnya adalah Ibu Mintarsih. Beliau adalah guru Agama di sekolah kami. Beliaulah yang selalu mengajari anak-anak tentang rukun iman dan rukun islam. Beliau masih guru hoborer. Tapi dedikasinya menempuh perjalanan jauh dari rumah tinggalnya sampai di desa pengabdiannya lumayan jauh, yakni kisaran 100 KM, dengan jalanan penuh lumpur dan berliku-liku serta turun naik bukit. 

Nah kami semua berkumpul di sebuah kafe di Unaaha (ibu kota kab. Konawe) untuk mengapresiasi penampilan Frisa Ramayani mendongeng. Penampilan ini dalam rangka latihan tampil di hadapan publik yang lebih banyak. 

Kami mengajak berbagai elemen masyarakat untuk mendorong bakat Frisa Ramayani dan teman-temannya. Ada yang menampilkan pembacaan puisi, dongeng, tari dan menyanyi. 

Bakat-bakat anak di kecamatan Latoma dan Asinua tua tumpah pada malam itu dengan gembira sekaligus meriah di saksikan masyarakat Konawe di Mbakoy Coffe.