Jumat, 26 Januari 2018

Hiduplah yang Hidup Matilah yang Mati




Hiduplah yang Hidup Matilah yang Mati

Tuhan 
betapa ngeri kulihat fitnah dajal 
berseluet membayang di bawah mata
hari senja keemasan peradaban manusia
hampir-hampir menggapai mimpinya
pada gulita malam yang datang

Saling bertengkar mendaku kebenaran seorang
jalan sempoyongan membentur-bentur 
berlalu mabuk mencari suka
mencari sepihak sepahaman perasaan
keseragaman yang agung untuk menghidupi
kematian-kematian berkobar menyala-nyala 
membakar kehidupan

Kematian hiduplah kau 
tumbuh kembanglah kau penuhi muka bumi ini
Dan kau kehidupan bersiaplah dibakar selimut
kehidupan Ibrahim yang gagah berani
menarik hati kesabaran dan pengorbanan
dambaan

Para semut-semut keluarlah dari goa-goa sepimu
di persembunyian bawalah air di kantung tubuhmu
padamkan api yang membakar ibrahim
itu, seluruh air tubuhmu hamburkan ke dalam api
kematian itu, matikan! 

Hiduplah kau yang hidup lawan! 
Lawan arus itu wahai ikan-ikan lompati  gelombang
gelombang yang menjilat-jilat itu hingga habis
daya hidupmu dan matimu akan hidup 
sehidup-hidupnya kehidupan

Mayoe
Yogyakarta, Januari 2018

3 komentar:

  1. Aku sudah membaca karya saudara Mabrur, "Sabeta Geti Lama", walau tidak secara urut dan tidak seluruhnya. Aku sangat terkesan dengan kemampuan saudara bercerita yang sangat bagus, detil, jelas dan informatif dan obyektif. Saudara berbakat jadi penulis kela dunia. Beberapa novel karya peraih Nobel,telah kuterjemahkan (mis. "Walking in the Light" by Leo Tolstoy, "Look Back on Happiness" by Knut Hamsun, dan lagi garapa "Dr Zhivago" by Boris Pasternak), aku membenadingkan karya mereka dengan karya saudara, aku jadi yakin kelak di kemudian hari saudara akan menghasilkan karya kelas dunia. Buku "Sabeta ini, kalau digarap dengan lebih lengkap lagi dari berbagai aspek budaya, politik dan sejarahnya, bisa jadi sebuah karya klasik tentang masyarakat Halmahera. Saya, salut pada karya saudara, teruslah berkarya! Salam dari Saut Pasaribu, penerjemah.

    BalasHapus
  2. Aku sudah membaca karya saudara Mabrur, "Sabeta Geti Lama", walau tidak secara urut dan tidak seluruhnya. Aku sangat terkesan dengan kemampuan saudara bercerita yang sangat bagus, detil, jelas, informatif dan obyektif. Saudara berbakat jadi penulis kelas dunia. Beberapa novel karya peraih Nobel,telah kuterjemahkan (mis. "Walking in the Light" by Leo Tolstoy, "Look Back on Happiness" by Knut Hamsun, dan lagi garap "Dr Zhivago" by Boris Pasternak), aku membandingkan karya mereka dengan karya saudara, aku jadi yakin kelak di kemudian hari saudara akan menghasilkan karya kelas dunia. Buku "Sabeta ini, kalau digarap dengan lebih lengkap lagi dari berbagai aspek budaya, politik dan sejarahnya, bisa jadi sebuah karya klasik tentang masyarakat Halmahera. Saya, salut pada karya saudara, teruslah berkarya! Salam dari Saut Pasaribu, penerjemah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas semangat dan terutama masukannya.

      Tidak menyangka, seorang penerjemah ternama akan mampir dan meninggalkan komentar di laman blog saya yang tidak cukup baik ini.

      Bolehkah saya tahu judul2 yang sudah Bung terjemahkan dan tersebut di atas, diterbitkan di mana?

      Saya tertarik untuk membacanya.

      Salam.

      Hapus