Sabtu, 12 Oktober 2019

[Cinta Pertama]

Foto PM XVIII Konawe.
Diambil dari WA Group; KONAWE . PM XVI - PM XVIII, dikirim oleh Roidanana

Catatan ini berawal dari permintaan salah satu Pengajar Muda Indonesia Mengajar angkatan 18 yang sedang bertugas di Konawe. Di tengah kesibukan mereka bikin berantakan rumah Ibu Dwi (orang tua angkat PM Konawe), tengah malam melalui Butet, mereka minta disemangatin.

Terang saja, saya bingung, dan bertanya balik, apa yang bisa membuat semangat?

Sajak, puisi, kata Butet.

Adede... masih ada ya jaman sekarang orang baca puisi jadi semangat bertambah. Padahal sudah lama kukuburkan asumsi bahwa puisi bisa kasih semangat.

Mengapa kukubur?

Karena telah mati terbunuh oleh semangat ekonomi.

Mau tidak mau, malam itu kubangkitkan kembali asumsi yang telah terbunuh dari dalam kuburnya. Malam-malam, saat tetangga tidur pulas, saya harus bakar kemenyan dan dupa, mencari bunga-bunga di taman depan rumah, yang tumbuh liar, lebih tepatnya semak yang serupa taman, atau boleh dibolak-balik, suka-suka yang mana.

Walau berhasil kubangkitkan, itu arwah gentayangan, sempat kupertanyakan ke diri sendiri; lho puisi, sajak kok dipesan, diminta. Bukannya Ia tumbuh liar serupa hutan tropis, atau tumbuhan kaktus di tengah gurun, atau ikan-ikan kali yang mulai jarang kujumpai sekarang. Tapi ya udah, tak apa, toh keliaran itu bisa dibikin, bisa dipesan, bahkan bisa diantar dengan fasilitas free ongkir.

Maka jadilah tulisan di bawah ini, dengan membangkitkan arwah dari kubur untuk bergentayangan dan bekeliaran sampai ke Konawe. Semoga mereka bisa menikamati liarnya hutan, kaktus di tengah gurun, ikan-ikan yang mulai punah, dan syukur mereka bisa menghidupi keliaran itu.

Bahasa LSM Lingkungan Hidup; Pelestarian.

Tapi kalau saya lebih nyaman pakai; Peliaran.

Selamat menikmati, syukur bisa buat kontemplasi.

[Cinta Pertama]

Siapa yang lahir pertama?
Bukan!
Bukan Adam atau Malaikat
dan jelas bukan iblis yang sok senior itu.

Lalu siapa?
Cintalah yang lahir pertama,

Ia menjelma menjadi
sesuatu yang begitu jenius, perkasa dan tak kenal lelah
merupa diri sebagai iblis

lalu Ia menjelma menjadi
sesuatu yang begitu lembut, tajam dan sensitif
merupa diri sebagai malaikat

Cinta tak menemui kepuasan
pada jelmaan yang telah Ia lalui
justru membuatnya serba terbatas

pada suatu keadaan Ia begitu resah
mengejar impian-impiannya segenap jiwa raga
pada satu keadaan lagi, Ia merasa lekas berputus asa.
Cinta lelah, selalu berada pada keadaan seperti ini.

Lantas dilihatnya sesuatu tak berdaya;
rendah, pasrah, dan sangat lemah
hingga tak kuasa menahan keharuannya
air mata cinta jatuh
membasahi tanah di bawahnya.

Bukan cinta, jika terlalu cepat menyerah
hati dan pikirannya kacau betentangan
saling menahan, saling mewalan
dan tanah basah di bawahnya
menjadi korban pertentangan

direnggut, digenggam, ditekan

akulah manusia
hasil dari pertentangan
akal dan perasaan

akulah yang memimpin kalian
untuk menyelaraskan pertentangan
demi cinta yang kalian bawa
dan tidak ada yang lain, selain hanya cinta
yang harus terpancar ke seluruh alam

Mayoe
5/10/19

0 Komentar:

Posting Komentar