Sabtu, 16 Juni 2018

Mudik Lebaran, Merantau ke Kampung Halaman

Selamat lebaran, selamat berkumpul dengan keluarga.

Lebaran adalah sebuh ruang tempat segala rindu tumpah. Setelah tersimpan dalam dada selama satu, dua, tiga tahun atau bahkan lebih. Dari penjuru rantau berbondong mudik ke kampung halaman.

Begitu juga denganku bersama lima teman @pmkonawe yang lebaran kali ini mudik ke rumah keluarga baru kami. Rumah pasangan Bapak @sakri3 Ibu @dwiruliyananingsih tempat berlebaran kami. Di rumah ini kami menemukan keluarga baru, yang kami anggap rumah ke-dua setelah rumah di kampung halaman masing-masing.

Saya pribadi begitu kagum dan berterimakasih kepada Bapak Sakri dan Ibu Dwi yang telah berkenan menganggap kami anak-anak sendiri. Saat kami masih di desa penempatan, beliau berdua berusaha terus menghubingi kami, melalui telfon, media sosial dan kabar-kabar dari orang yang turun ke kota. Dimintanya kami untuk segera ke rumahnya. Menunaikan sisa puasa bersama di rumah sambil mempersiapkan lebaran. Padahal di desa kami sama sekali tidak ada signal. 

Setelah berkumpul,  kami memasak. Mulai dari memasak opor ayam, membuat konro, ketupat, lepak, bakso dan aneka makanan khas Lebaran.  Ibu Dwi seolah tahu kerinduan kami terhadap keluarga pada momen lebaran. Sehingga dikondisikan memang, mulai dari makanan sampai kegiatan bersilaturahmi seperti di tengah keluarga sendiri. Dan kami,  terutama saya yang sudah empat kali lebaran belum pulang, merasakan kehadiran keluarga di momen tumpah ruahnya rindu akan keluarga. Pagi, setelah Shalat Ied kami sekeluarga makan opor dan konro bersama setelah satu sama lain berjabat tangan, berpelukan saling memaafkan.

Bapak Sakri yang sehari-hari bekerja di lingkungan pemerintahan Konawe, cukup tahu dengan tugas kami sebagai Pengajar Muda, terlebih kami baru satu bulan berada di penempatan. Sosialisasi ke berbagai stakeholder terutama pemerintahan adalah hal pertama yang perlu segera dilakukan. Sehingga dalam kesempat lebaran, kami, oleh Bapak Sakri dan Ibu Dwi diajak untuk berkeliling mengunjungi open house beberapa pejabat terkait. Mulai dari Mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pejabat Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Pendidikan, Kapolres sampai Danramil kami kunjungi.

Kekagumanku bertambah,  saat menyadari kunjugan kami adalah kunjungan menjalin hubungan baik antara Indonesia Mengajar dengan Pemerintah setempat. Artinya ini adalah kunjungan kerja. Sementara ini adalah hari libur nasional, cuti bersama yang semestinya digunakan untuk kumpul keluaga dan saling kunjung sanak saudara. Tapi, Bapak Sakri dan Ibu Dwi justru menemani kami yang memakai rompi Pengajar Muda untuk berkunjung ke berbagai stakeholder yang membuka ope house. Seharian penuh mereka menemani kami,  memandu kami, menunjukan alamat rumah Bapak, Ibu pejabat ini dan itu. Tidak hanya itu, mereka juga dengan antusias memperkenalkan kami kepada para tuan rumah yang notebene pejabat pemerintah.

Hingga malam harinya, kami diajak keluarga Ibu Dwi untuk baca-baca (acara memohon doa untuk keluarga yang sudah meninggal atau suatu hajat tertentu) di salah satu rumah keluarga. Lebaran kali ini, walau kami jauh dari keluarga dan dalam rangka menunaikan tugas, tapi suasana dan nuansa kekeluargaan tetap kami rasakan. Kami tidak merasa jauh dari keluarga, kami tidak merasa berada di perantauan. Kami berlebaran seperti di kampung halaman sendiri.




2 komentar:

  1. Luar biassa bro... masih bertahan di timur Indonesia ya....?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyya mab broooo... Rasanya gimana kalau gak merantau... Hqhqhahaa

      Apa kabar kie?

      Hapus