Senin, 16 Maret 2015

Rembulan dan Negeri Malam


Rembulan
Cahayamu anggun teduh penuh kasih
Menyayangi gelapnya Negeri Malam

Rembulan
Kau malaikat itu
Memberi petunjuk dalam kegelapan

Rembulan
Tahukan kau
Bintang-bintang itu
Kerlap-kerlip menggodamu
Anggun menawan
Kau lah itu

Plengkung Gading, 16 Maret 2015
Adzan Subuh
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kok kok kok
Ayam berkokok
Ku kira ia menggodamu juga
Oh tidak,
Ia tidak sedang menggodamu
Rupanya ia bersuluh berita tentangmu

Aku kebingunan
Apa gerangan bakal terjadi

Bintang-bintang itu tahu lebih dahulu
Mereka berangsur menghilang
Soalah tiada minat lagi padamu

Hai rembulan
Ada apa denganmu
Mengapa cahayamu meredup

Aku harus bagaimana
Aku harus ke mana
Mengapa akau semakin resah begini

Hai rembulan
Jawablah
Mengapa kau semakin pucat
Ayoh jawab bidadariku
Mengapa kau diam saja

Rembulan
Cahaya apakah itu
Itu, di sebelah timurmu
Mengapa ia lebih terang
Cahayamu mana bidadariku

Sekaratkah kau Rembulan
Begitukah tafsir kokokan ayam tadi
Dan siapa pula cahaya menyilaukan itu
Diakah yang membunuhmu?

Baiklah Rembulan
Kalau kau belum mati
Kau apakan negeri malam
Hingga begini jadinya

Kau jualkah cahaya teduhmu itu
Taklukkah kau pada cahaya menyilaukan itu
Apa yang telah ia janjikan padamu?
Apakah ia akan mengagungkanmu
Membawamu ke negeri lain.

Ah, itu bukan cahaya lagi
Itu sinar, itu sina, wahai Rembulan
Sungguh menyilaukan
Tak mampu aku menatapnya

Bisa hangus negeri malam ini olehnya
Itu yang kau mau rembulan.
Jika benar kau telah takluk
Kau serahkan Negeri Malam padanya
Baik, aku rela

Biar awan dan pepohonan ini yang akan melindungiku
Melindungiku dari terik sinarnya
Melindungiku dari silau cahayanya
Mungkin akan jadi arang aku dibuatnya
Mungkin juga ia akan membutakan penghlihatanku

Jikalau awan dan pepohonan tak berdaya
Biarkan aku jadi arang
Biarkan aku buta

Dengan arang
Aku akan mengukir namamu
Di manapun akau berada
Sampai  habis tubuhku

Dengan buta
Aku akan mengenangmu
Mengenang negeri malam
Mengenang keteduhan cahayamu
Menikmatimu dalam gelap
Dalam butaku ini.

Parangtritis, 16 Maret 2015
30o sudut Matahari timur dari hamparan pasir pantai selatan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Yusup)

0 Komentar:

Posting Komentar