Selasa, 14 Januari 2014

Jadi glandangan di Jogja sampai Paris

Tak sabar rasanya menunggu hari esok. Seminar nasional tentang "Indonesia Negri 1001 Energi" di Universitas Negeri Yogyakarta telah selesai dan pengumuman juara 1, 2 dan 3 LKTIN Mechanical Fair juga talah diumumkan oleh panita acara. Satu persatu nama yang di sebut sebagai juara telah berada di podium dan Alhamdulillah salah satu Tim dan Universitas Negeri Padang menjadi salah satu diantaranya dan kebetulan berada di podium satu. Optimis, kerja keras dan kekompakan menjadi sebab Tim UNP berada di podium satu. Selamat atas juaranya Bung, senang saya mendengarnya.

Semua barang bawaan yang sebelumnya berada di penginapan telah diboyong semua ke kampus UNY. Panitia menghimbau bahwa peserta hanya diperkenankan menginap di penginapan sampai Sabtu pagi saja, maka panitia dengan baik menerima titipan barang bawaan kami di lantai dua gedung Fakultas Teknik UNY untuk sementara. Sedangkan kami semua peserta melangsungkan Seminar Nasional di Lantai tiga. Dengan barang bawaan yang seabreg, syukur mobil panitia yang menjemput kami bisa sekali anggkut beserta orang-orangnya.

Setelah selesai Seminar dan pengumuman juara, kami peserta dari Padang seperti sekumpulan traveler yang hendak mudik ke kampung halaman. Berada di parkiran belakang gedung Fakultas UNY dengan masing-masing menyandang tas besar beserta barang berbagai barang jinjing masing-masing. Kami utusan dari UNP berjumlah dua tim LKTI dengan total personil sejumlah lima orang. Diantara berlima, aku sendiri yang barang bawaannya paling banyak, sampai-sampai bawaan ku tak sanggup ku bawa sendiri. Tapi karena kami adalah kelompok yang solid, maka semua barang yang kami bawa adalah tanggungjawab bersama.

Kebingunan melanda kami. "nginep di mana?" pertanyaan sepele,,, ya karena kami cowo semua, menurutku tak perlu khawatir mau nginap dimana. Selain itu di jogja bukanlah tempat asing yang tiada sanak sodara. Ada banyak tumpangan untuk sekedar menitipkan barang dan berteduh sebentar. Beberapa alumni UNP yang notabenenya adalah senior dekat kami bahkan dahulunya pernah satu atap dengan kami sewaktu di Padang banyak yang sedang kulias pasca sarjana di kota Jogja ini. Kemudian beberapa teman organisasi yang pernah beberapa kali bertemu dalam berbagai ajang penalaran dan penelitian dari ILP2MI pun menjamur di Jogja, tinggal pilih mau telpon yang mana. Dengan beberapa pertimbangan dan memang yang paling memungkinkan adalah menghubungi mas Zainal Abadi, yang sebelumnya diantara kami berlima si Yudi juga pernah nginap di sana. Kami pun disambut gembira oleh mas Zainal.

Mas Zainal adalah senior di Organisasi kami sewaktu beliau masih menjadi mahasiswa UNP, yaitu PPIPM. Selain itu mas Zainal juga pernah satu rumah dengan kami sewaktu masih di Padang. Bahkan sampai sekarang dalam masa menempuh pendidikan pasca sarjananya di UGM pun, sewaktu pulang kampung, mas Zainal menyempatkan beberapa kali untuk menginap beberapa hari di kontrakan kami di padang. Jadi sudah tidak ada sungkan-sungkan lagi untuk menginap juga di rumah kontrakan mas Zainal yang baru. Dan kami pun merasa itu juga kontrakan Kami. Jadi sewaktu-waktu kami ke Jogja, tempat persinggahan yang paling memungkinkan adalah tempat mas Zainal, kalo pas kebetulan orangnya ada di kontrakan.

Cuaca yang panas tak membuat kami berteduh, karena memang kami sedang bergantian menunggu barang bawaan kami yang banyak di pelataran parkir dan yang lainnya menunaikan shalat Dzuhur. Karena yang paling banyak bawaannya adalah aku, maka aku tau diri untuk menjaganya terlebih dahulu, sementara yang lain sholat. Tapi akupun tak seorang diri, karena ditemani Mbak Fitri yang memang dari kemaren juga menemani kami saat presentasi sekaligus kuliah PPG di gedung yang sama tapi ruang yang berbeda. Dan tidak hanya itu, mbak Fitri pun membekali kami oleh-oleh untuk dimakan dijalan bersama-sama, untuk menemani keliling Jogja, katanya. Karena dia gak bisa menemani secara langsung. Sedang asik ngobrol dengan mbak Fitri tentang PPG, tentang pengalaman ngajar di Karimun, dimana dulu kami pernah satu sekolah dia ngajar Komputer dan aku praktek ngajar jurusan Otomotif dalam penyelesainan masa studi ku. Tiba-tiba sebuah motor Tiger dan berawak gendut dengan jaket hitam dan helem tutup menghampiri kami. Ah siapa ini sok sok preman, apa terlalu nampak kami ini pendatang asing. Dengan sedikit ku lirik tapi dengan perhatian penuh, dia malah senyum. Sambil membuka Helm nya, waaaaah kaget juga, teyata mas Zainal. Langsung pecah tawa kami, sambil ku jabat tangannya. Sempat tak ku kenali mas Zainal, bagaimana tidak, badannya bertambah subur aja seiring derasnya Beasiswa Unggulan dari Dikti yang mengalir di tubuhnya, heheheee

Setelah semua selesai shalat, kami menunggu mobil panitia yang mau mengantar kami ke kontrakan mas Zainal. Tapis sayang, panitia sudah kehabisa tenaga rupanya, semua sibuk dengan rangkaian acara Mechanikal Fair yang masih akan berlangsung satu minggu lagi. Dan satu-satunya mobil yang digunakan untuk mengantar jemput kami dari penginapan ke lokasi seminar sedang digunakan untuk mengantar pemateri seminar ke Bandara Adisucipto. Wah bagaimana ini, di jogja tidak ada angkot yang bisa masuk sampai ke gang-gang kampus seperti di Padang, sedangkan barang bawaan kami banyak, tidak memungkinkan untuk dibawa pakai motornya mas Zainal. Kalo pun bisa diangkut pakai motor mau berapa kali angkut, dan mungkin hanya bisa dianggkut sampai ke halte Trans Jogja sedangkan nanti masuk ke gang kontrakannya mas Zainal masih jauh juga dari halte.

Dotengah-tengah kebingunan kami, si Budi, malah menyendiri sambil bertelfonan. Entah sedang berbicara dengan siapa di ujung telfonnya itu, yang jelas dia begitu santai dan cengas-cengenges dengan bahasa minang yang kemedok-medoan jawanya. Sementara panitia yang tadi pagi mengantar kami barusaja melintasi kami tapi tidak dengan mobil yang mereka bawa tadi malainkan dengan sepeda motornya. Dengan tergesa-gesa mereka permisi saat melewati kami, dan memohon ma'af tidak bisa membantu untuk mencarikan penginapan atau transportasi kami, karena mereka harus menyiapkan acara untuk pameran yang diadakan di halaman depan Fakultas Teknik yang merupakan rangkaian acara Mechanical Fair 2013.

Budi yang senyam senyum plus cengangas-cengenges dari tadi menghampiri kami lagi, dan dengan santai dia bilang, "tenang mamasku dilik meneh jemput".. pantesan dari tadi asik betul, ternyata sedang bergegosiasi si Budi. Beberapa menit kemudian, sebuah Honda Freed hitam keluaran terbaru datang menghampiri kami, dan kaca widow nya turun ke bawah dengan switch otomatisnya, nampaklah laki-laki yang tak kami kenal dan hanya budi yang menyambutnya. Ternyata itu lah yang disebut mamasnya Budi. Entah bagaimana hubungan kerabat antara budi dengan mamasnya itu, agak rumit, yang aku tangkap dari penjelasannya itu mamas sepupu. Dan alhamdulillah, walau Honda Freed begitu mini dan sporty tapi cukup juga menampung barang-barang bawaan kami beserta orang-orangnya, walau sempit dan berhimpit yang penting bisa sampai di kontrakan mas Zainal dengan selamat..

Kami pun sampai di kontrakan mas Zainal yang lumayan nyaman dan mewah untuk ukuran kami yang terbiasa dengan kontrakan sisa gempa bumi 2009 di Padang. Tembok dan lantanya rapih di kramik, beda jauh dengan kontrakan kami yang di Padang, dengan lantai dan tembok yang sudah retak-ratak disetrai cat yang telah usang. Kami pun bergantian membersihkan diri dan kemudian beristirahat.

Sambil bersantai, aku teringat bahwa sahabat yang telah kuanggap sodara sendiri yang memang telah lama menetap di jogja, dan telah beberapa kali bertemu dalam beberapa kegiatan organisasi kampus, dan kegiatan akademik lainnya. Yaa, ku kirim sebuah pesan "Assalamualaikum Pakde, aku ning Jogja", dan ku cari nomor seluler yang ada di telfon genggam ku, ku ketik nama Yusron Mubarok di kotak pencarian dan setelah kutemukan langsung ok dan send. wal hasil dia misoh-misoh, karena kedatangan ku di jogja tanpa sambutan darinya, padahal dia udah bilang kalo mau ke jogja kasih kabar, biar dijemput n nginep di rumahnya. Dan aku hanya terkekeh-kekeh sendiri, kemudain dia mita alamat tempat ku menginap dan dia turut gabung dengan kami.

Malam harinya dengan guide mas Zainal dan Pakde Yusron, kami diantar keliling jogja dengan bersepada motor dan mas Zainal lah yang memfasilitasi kekurangan motornya dengan meminjam motor-motor tetangga kosnya. Padahal malai itu adalah malam minggu, untukng saja tetangga kos sekaligus teman sekampus mas Zainal berbaik hati dan penregrian, karena kami jauh-jauh dari padang dan kami sebagian besar sebelumnya belum pernah datang ke jogja.

Berjalan dengan santai sambil menikmati udara malam minggu kota Jogja, ah, spetrinya udara malam senin juga sama aja, hehheeee. Pertama sekali menjelang berangkat jalan-jalan kami mendapat undangan dari UKMP UNY untuk ikut dalam perayaan hari ulang tahun UKMP entah yang keberapa, banget senengnya jadi lupa. Dan memang kebetulan salah satu guide yang ku sebut di atas (Pakde Yusron) adalah mantan ketua umumnya diperiode 2012 lalu. Semenjak tahun itu lah hubungan antara PPIPM dengan UKMP sangat dekat dan baik dan itu meregenerasi pada adik-adik yang berada di kepengurusan masing-masing lembaga kami. Awal mulanya adalah pertemuan di ajang kompetisi penelitian dan LKTI yang kami adakan dan waktu itu pakde Yusron menjadi finalis dan sekaligus menyabet beberapa podium juara, semenjak itu aku dekat dengannya hingga kami dipertemukan lagi di Bogor dalam acara pembekalan peserta Talent Scouting seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemendiknas. Dan berkelanjutan sampai sekarang kami sering bertemu dan berbagi informasi. Dan dari perjalanan ku di Jogja ini lah jasa pakde Yusron buanyak banget. hehe

Jadi awal perjalanan kami malam itu adalah UKMP UNY. Bertambah banyak kenalan dan memang acaranya hitmat dengan haromisnya antara anggota, pembina, alumni dan udangan (kami). Kemudian karena rasa lapar, gak memang takut kemalaman jadi kami tidak mengikuti acara ulang tahun UKMP sampai selesai. Selanjutnya kami berwisata kuliner di Angkringan Tugu, wah tambah rame banget, berderet-deret angkringan sepanjang jalan dari Tugu menuku Malioboro menyediakan berbagai makanak dan minuman tradisonal khas Jogja. Kami memarkirkan motor-motor kami di sebuah Angkringan yang masih ada celah untuk kami duduk besila di dekat tungku hangat. Kami pun bergiliran untuk mengambil makanan yang kami pilih sendiri. Jogja memang seperti ini, penuh dengan toleransi, kami diberi kebebasan untuk mengambil semua yang kami mau sendiri, apapun dan berapapun jumlahnya dan setelah itu baru kami ke kasir untuk membayar dan membawawanya ke tikar yang telah digelar oleh pemilik Angkringan tersebut. Saat itu aku mengambil dua bungkus nasi kucing dimana satu pake sayur jeroan dan satu lagi ada semacem sayur lodeh tempe, dua tusuk sate keong, dan beberapa gorengan dengan cabe yang besar-besar dan tak lupa segelah es teh.

Begitu terasa kota Jogja dengan nikmatnya nasi kucing dan aksesorisnya yang diiringi pengamen jalanan yang begitu profesional. Silih berganti pengamen menghampiri rombongan kami, ada juga mbah mbah sinden yang tak begitu jelas menyanyikan lagu enrah apa, tapi iramanya tetap menambah nikamat suasana Jogja.

Perjalanan kami dilanjutkan ke nol kilometer yang kami tempuh melalui Malioboro. Di nol kilometer banyak sekali pertunjukan. Dan yang menarik pas di sebelah titik nol kilometer ada pertunjukan tari dari daerah timur Indonesia. Wajah-wajah khas Indonesia timur mendominasi di gerombolan pertunjukan itu, tapi banyak juga wajah-wajah jawa dan sumatera juga turut menyaksikan pertunjukan itu termasuk kami. Setelah berpuas diri berfoto-foto di nol kilometer, tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah kraton Jogja. Tapi sayang, saat malam hari kreaton tutup, jadi kami hanya bisa melihat-lihat dari luarnya saja. Karena terasa bosan berada di halaman kraton yang sedang ada pendirian tendan-tenda untuk berlangsungnya upacara peringatan hari Pahlawan yang jatuh esok hari maka kami langsung menuju Tugu lagi, karena sewaktu ke Angkringan Tugu belum sempat foto di bawah Tugu Jogja.

Ya, kami harus ke Tugu, belum puas ke jogja kalo belum ke tugu, dan belum dikatakan ke jogja kalo belum berfoto di Tugu Jogja, hehehehee,,,, Ada juga mitosnya, kalo siapa saja yang datang ke Jogja terus berfoto di bawah Tugu Jogja, maka suatu saat akan datang kembali ke jogja. Yaaaa, mitos ini hampir sama dengan nil kilometer kota Paris, siapa saja yang menginjakan kaki di titik nol kilometer kota Paris dan berharap bisa datang kembali ke Paris maka suatu saat akan sampai di Paris lagi. heheheh kaya' pernah ke Paris aja,.. hehehe setidaknya pernah berkunjung kembarannya Paris yang ada di Indonesia, yaa itu lah Jogja. hehehehe dan ada beberapa kesamaan kota paris lainnya yang mirip degan kota Jogja ini. Seperti kedudukan tempat-tempat srategis yang dibangun satu garis lurus, walau membangunnya tidak secara bersamaan. Kalo di Jogja yang satu garis lurus adalah Kraton, Malioboro, Tugu Jogja, dan Gunung Merapi. Jadi jika tidak ada penghalang penghlihatan berupa pepohonan dan gedung gedung, saat kita berdiri atau duduk di dalam kraton mengghadap ke Utara arah Merapi kita juga akan malihat dengan satu pandangan garis lurus Malioboro, Tugu Jogja dan Merapi. hehhee ini aku dapat dari buku si,, begitu juga dengan Kota Paris ada beberapa bangunan dan tempat strategis yang satu garis lurus dan arahnya memang menghadap ke arah Ka'bah. Ya, itu pengetahuan ku yang didapat dari membaca. Tapi terbukti dengan perjalananku. Mungkin saat ini yang terbukti baru mitosnya kota Jogja, dan aku berharap suatu saat bisa membuktikan mitos yang ada di Kota Paris. :)

2 komentar: