Selasa, 28 April 2015

Cermin Diri Tentang Kemanusiaan



Dalam pengantar surat Cak Nun kepada Cak Dil yang telah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul "Dari Pojok Sejarah: Renungan Perjalanan Emha Ainun Nadjib", Cak Nun menyiratkan tentang kemurnian manusia (kemanusiaan) yang saling-silang dengan perannya manusia di dunia ini melalui kisah seorang wali tiban yang hadir dalam sebuah pesta. Kurang lebih berikut ini ceritanya:
Cak Nurdin, seorang wali tiban di Jombang. Ia pernah hadir dalam suatu pesta desa. Saat tiba di depan pintu masuk, ia dihadang oleh dua petugas penjaga. Dengan tidak sopan Cak Nur diusir, karena pakaian yang ia kenakan tidak resmi. Cak Nur memang lebih sering berpenampilan dengan pakaian yang kurang senonoh (compang-camping), sehingga orang-orang menganggapnya gila.
Dengan hati jengkel Cak Nur pulang. Sampai di rumah ia mengganti pakaiannya dengan pakaian resmi. Kemudian datang kembali ke pesta dan bertemu dengan dua petugas tadi. Ramah dan sopan petugas penjaga mempersilakan Cak Nur masuk dan menghidangkan makanan utama pesta itu. Terhidanglah dua baskom menu utama di hadapan Cak Nur. Ia pandangi sebentar, kemudian Cak Nur melucuti pakaiannya. Dengan jengkel dan marah ia rendam pakaiannya ke dalam baskom yang ada di hadapannya sambil berkata "wahai pakaian, berpestalah kau, makan sepuasnya".

Begitulah kira-kira gambaran cara pandang —sebagian dari— memanusiakan manusia selama ini. Memanusiakan manusia hanya di-spanduk-kan saja. Dalam praktik sehari-hari memanusiakan manusia tidaklah terjadi, melainkan memanusiakan pakaian manusia yang kerap terjadi.

0 Komentar:

Posting Komentar