Dua belas tahun yang lalu, di desa ini aku menyambung hidup.
Dititipkan di rumah nenek yang tengah tinggal seorang diri. Sebuah rumah dapur,
sisa bagian rumah yang telah diwariskan ke anak-anaknya kami berdua tinggal. Menghidupi
seorang diri dari gaji pensiun kakek yang seorang Veteran pejuang PKRI (Pembela
Kemerdeaan Republik Indonesia). Sebuah tegalan (kebun) juga turut membantu
sebagain sumber tambahan untuk penghidupan kami.
Dari usia yang masih belia, aku dipindahkan dari sebuah desa
terisolasi di provinsi Lampung ke desa ini Twelagiri kelurahan Pagutan,
Banjarnegara. Sebenarnya tidak begitu tahu mengapa aku tiba-tiba saja
dipindahkan ke sini, yang jelas begitu terasa pengaruhnya sekarang. Mungkin
bila tak dipindahkan ke sini saat itu, entah akan jadi apa saya sekarang dan
entah di mana sekarang.
Meski hanya tiga tahun aku berada di sini, begitu tarasa
karakter yang telah terbentuk oleh lingkungan itu sekarang. Karakter baik,
kecerdasan tidak hadir turun temurun dari garis orang tua secara biologis.
Walau tak dipungkiri pasti ada sifat induk yang akan tetap ada dalam diri
seorang anak, baik itu sifat baik maupun buruk. Lingkungan lah yang sebenarnya
akan membentuk karakter dan kecerdasan seorang anak. Bagaimana seorang anak
menerima perlakuan dari lingkungan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat setempat. Yah, begitu besar. Begitu terasa karakter itu terbentuk
dalam diri ini. Meski hanya tiga tahun aku ditempa di sini, namun tak pernah
sedikitpun aku lupa semua hal yang pernah membentuk karakter ku ini.
Suatu daerah yang membudayakan nilai-nilai agama sebagai
fondasi utama bagi para generasi mudanya. Pengajaran bagaimana untuk belajar
prihatin (berhemat, dan tetap bekerja keras untuk mencapai suatu hasil) yang
begitu terasa. Rasa tanggung jawab terhadap permasalan yang dihadapi. Hingga
pengajaran bagaimana memelihara kasih sayang antar sesama serta nilai-nilai
persaudaraan.
Dari titik ini aku mengerti betapa perlunya belajar terutama
menuntut ilmu. Sungguh materi takkan menjamin kebahagiaan atau kesuksesan
seseorang. Dari sini pula aku dididik untuk memimpin dan dipimpin. Jauh dari
kemewahan, jauh dari keberlimpahan harta benda, namun di sini aku dapat
membuktikan, betapa perjuanganku ini memang benar kesungguhan mencari jati diri
yang telah direkomendasikan Tuhan saya untuk saya.
Tak perlu sombong dengan kelebihan harta atau sedang kaya
raya, karena di sana masih ada orang cerdas yang berilmu. Tak perlu juga
sombong dengan keahlian, karena di sana masih banyak orang yang mulia. Bertitik
dari sini, apa yang akan menjadi kesuksesan ku dalam kemuliaan di dunia ini.
0 Komentar:
Posting Komentar