Gambar diambil dari situs web pixabay.com |
Derik Daun Pintu Menganga
Betapa ngiri mendengar rintihan
orang-orang tua mengkhawatirkan
bayang-bayang daun pintu kematian.
Sewaktu-waktu engselnya berderik
mengejutkan. Membangunkan tidur yang lelap.
Terperanjat, mengangakan mulut. Pintu terbuka,
didorong ketiadaan. Berhembuslah angin gelisah.
Berputar-putar sebentar, melakukan ritual.
Lalu menggedor, memanggil dan mendobrak
masuk ke dalam inti hati. Membujuk, merayu, mengajak,
mengancam dan berbagai lain penjemputan; diseret
atau dipapah bagai batang, ditebang
dengan cinta atau siksa.
Tua, betapa menjadi tanda untuk memancang
kewaspadaan. Tapi, betapa lemah seketika
muda tak habis-habis menyesap candu
kejutan, dari doa yang mabuk lamunan.
Apa harus menjadi tua
untuk sekedar merintih khawatir. Dengan pintu
kematian berderik sepanjang waktu
memberi kejutan yang tak habis, di dada.
Degupku masih belum sembuh
dari candu kejutan-kejutan, yang mendidihkan
darah mudaku. Menguap mengawang, berterus kambuh
mabuk kekaguman.
Mayoe
Yogyakarta, 15 Januari 2018
0 Komentar:
Posting Komentar