Masih dengan seputar pesta perpisahan. Sebelum terjadi malam
pesta perpisahan satu malam suntuk itu yang begitu meriah, dari anak-anak
kecil, remaja, ibu-ibu, bapak-bapaknya dan juga pemudan Sungailakam telah
beberapa kali dilakukan acara serupa. Namun nampaknya belum begitu puas dengan
acara yang biasa-biasa saja. Maka acara final malam perpisahan itu ibu-ibu
group kosidah surau Al Huda Sungailakam lah yang memprakarsainya. Mereka
membentuk kepanitiaan, mereka merayu para bapak-bapaknya untuk turut andil
dengan mempersiapkan segala macam keperluan sound sistemnya. Sungguh luar
biasa, tak menyangka akan seantusias iniwarga Sungai lakam melepas ku untuk
kembali ke kampus.
Final malam pesta perpisahan itu bermula saat sedang
berlatih menabuh rebana di serambil surau AL Huda. Saat itu hari senin, ibu-ibu
group kosidah sedang latihan rebana untuk mengejar deadline perform pada acara
peringatan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW yang ke 1434 H. Seperti biasa,
Sahabat karibku, Pak Romlan melatih ibu-ibu dengan antusias, dan aku pun turut
serta memberi semangat dan membantu sebisanya.
Pada latihan kali ini, sudah banyak peningkatan dari
sebelum-sebelumnya, ibu-ibu sudah banyak yang mengerti irama lagu sehingga saat
menabuh rebana tidak lagi meraba-raba dengan intruksi dari sang vokal. Sampai
di sini, sudah cukup bagi mereka sebagai bekal untuk perform saat tiba perform
nanti. Di ujung latihan dengan menikmati Cofie Break, seperti biasakami
bersenda gurau dengan obrolan-obrolan kecil. Dalam obrolan itu terselip cerita-cerita
acara manggang ikan Mujahir malam minggu kemarin yang diikuti oleh beberapa
santri Surau Al Huda. Seolah menuntuk kekecewaan meraka ibu-ibu karena tidak
turut diajak dalam acara melam minggu kemarin. Maka muncul lah ide untuk
menggelar acara pesta perpisahan sekali lagi yang berlokasi di halaman posyandu
Sungailakam.
Sorak-sorak gembira para bocah-bocah kecil yang mengetahui
rencena itu. Kemudian ibu-ibu menyusun proposal kegiatan untuk diajukan kepada
bapak-bapaknya (Suami mereka). Awalnya tak ku ketahui konsepnya abakalan
seperti apa. Namun saat acara berlangusng , sungguh luar biasa seperti sedang
ada acara hajatan satu kampung. Di sana terpasang sound sistem milik PWJS
(Persatuan Warga Jawa Sungailakam), yang lengkap dengan alat karaokenya, kemudian
meja hidang makanan beserta perlengkapannya dan alat-alat panggang yang begitu
lengkap. Tentu tidak ketinggalan menu utamanya.
Semua bahan telah disiapkan oleh ibu-ibu dari pagi.
Sementara saya masuk ke sekolah sebagaimana biasa menjalani rutinitas untuk
mengajar di jurusan TKR (Teknik
Kendaraan Ringan) SMK Negeri 1 Karimun, ibu-ibu group kosidan dengan
terorganisir membagi tugas untuk pesata mamlam itu. Ada yang belanja daging
ayam, ada yang belanja ikan laut, ada yang menyiapkan masak nasi di rumah dan
sambal beserta kerupuknya. Ada juga yang mencari jagung.
Sementara sore harinya ba’da sholat magrib, saat kami sedang
mengaji bersama santri-santri, para bapak-bapak menyiapkan lokasi pelaksanaan
pestanya. Dari mulai meja hidang beserta perlengkapannya sampai sound sistem
dengan alat karaokenya sekaligus.
Ba’dha sholah isya, sontak semua jamaah isya surau
(jama’ahnya banyak yang masih anak-anak dan remaja) gembira, karena waktu yang
ditunggu-tunggu datang. Bergegaslah pulang untuk berganti pakaian dan kemudian meunju
halaman posyandu Sungailakam.
Lantunan musik rebana dari cvd plyer mulai terdengar merdu. Aku
yang masih di dalam kamar kos, bergegas keluar dengan kegembiraan yang hendak
membuncah. Anak-anak kecil remaja, ibu-ibu dan bapak-bapaknya telah berkumpul
dansibuk dengan acara panggang ikan dan daging ayam. Sebagian ada yang menata
meja hidang dengan makanan yang telah disiapkan, dan sebagian lagi afa yang
sibuk mengupas kulit jagung untuk dibakar. Sorak gembira saat pandangan mereka
tertuju ke arahku yang tengah melangkah menuju area panggangan.
Saat hendak turut memanggang ikan, seorang ibu berkata
padaku, “lho pak mabrur duduk aja di sana” sambil menunjuk meja karaoke. “wah,
gak bisa nyanyi mbah” sahutku, ya, aku biasa memanggilnya dengan Mnah Eno. ”Mosok gak bisa, sholawatan
aja bisa kok, paling keras lagi suaranya” , mbah eno menimpali jawabanku. “kalo
sholawatan kan beda mbah, sholawatan kan bareng-bareng”. “Hei, cah-cah, sing gagah-gagah, sing ayu ayu, kene jak’i pak mabrur
sholawatan karo karokean ki lho”. Serentak bersorak gembira anak-anak kecil
itu, dan kami pun menuju meja karaoke yang sudah disiapkan. Diputarlah vcd
kosidah dengan vokal group Al Aqsho. Ini group favoritku selain group Ahbabul
Mustofa yang dipimpin Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Bersama-sama kami
bersorak meneriakan sholawat. Dan hatipun gembira bersama, semua gembira, semua
tersenyum lebar.
Tak terasasesi panggang pertama telah usai. Sesi panggang
pertama itu yang dipanggang adalah ikan laut yang dibeli ibu-ibu di pasar
puakang dekat pelabuha tradisional di Pulau Karimun. Saat pergantian sesi
panggang ini, salah seorang ibu maju ke are karaoke kami, dan ikut bernyanyi
bersama kami, dengan melantukan lagu “malam terakhir”, lagu dangdut yang entah
dari mana daper vcd nya. Wah tertawa riang kami semua dengan ekspresi
bernyanyinya. Mbak Narni, begitu lah panggilan ibu itu. Dengan penuh
penghayatan terhadap syi’ir lagunya, disuguhkan lah sebuah mik untuk ku, dan ku
sambut dengan turut ikut bernyanyi dan mencoba menghayatinya. Hanya senyum
senyum geli aku menyanyikan lagtu itu. Walau suaranya serak serak fals dan
ketukan yang tak teratur, tetap saja kami menyanyikannya dengan haru dan happy.
Emtah sampai berapa kali lagu “malam terakhir” itu
dinyanyikan dengan berganti ganti vokal. Terkadang dengan sengaja, beberapa
kata dalam syi’irnya diganti dengan kata yang menggambarkar suasana malam itu
dan selama keberadaanku di lingkungan surau Al Huda. Benar-benar momen yang
indah, gumamku dalam hati. Kesan yang tak sampai hati untuk beranjak pergi desa
itu.
Saat menghayati syi’ir lagu perpisahan itu, tiba-tiba tiga
bocah karib ku muncul dari blakang dan menyodorka sebuah bingkisan yang
dilapisi sebuah kantong plastik. Surprize,
dan gak tau harus ngomong apa, ku lanjutkan melantunkan nyanyian sambil ku
ucapkan terimakasih ke pada semuanya. Dan bingkisan itu lah yang membuatku haru
biru tak sanggup membendung air mata saat pagi ku buka.
0 Komentar:
Posting Komentar