Sabtu, 29 Juni 2013

Karimun Part #3 (SURPRIZE)

Masih dengan seputar pesta perpisahan. Sebelum terjadi malam pesta perpisahan satu malam suntuk itu yang begitu meriah, dari anak-anak kecil, remaja, ibu-ibu, bapak-bapaknya dan juga pemudan Sungailakam telah beberapa kali dilakukan acara serupa. Namun nampaknya belum begitu puas dengan acara yang biasa-biasa saja. Maka acara final malam perpisahan itu ibu-ibu group kosidah surau Al Huda Sungailakam lah yang memprakarsainya. Mereka membentuk kepanitiaan, mereka merayu para bapak-bapaknya untuk turut andil dengan mempersiapkan segala macam keperluan sound sistemnya. Sungguh luar biasa, tak menyangka akan seantusias iniwarga Sungai lakam melepas ku untuk kembali ke kampus.

Final malam pesta perpisahan itu bermula saat sedang berlatih menabuh rebana di serambil surau AL Huda. Saat itu hari senin, ibu-ibu group kosidah sedang latihan rebana untuk mengejar deadline perform pada acara peringatan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW yang ke 1434 H. Seperti biasa, Sahabat karibku, Pak Romlan melatih ibu-ibu dengan antusias, dan aku pun turut serta memberi semangat dan membantu sebisanya.

Pada latihan kali ini, sudah banyak peningkatan dari sebelum-sebelumnya, ibu-ibu sudah banyak yang mengerti irama lagu sehingga saat menabuh rebana tidak lagi meraba-raba dengan intruksi dari sang vokal. Sampai di sini, sudah cukup bagi mereka sebagai bekal untuk perform saat tiba perform nanti. Di ujung latihan dengan menikmati Cofie Break, seperti biasakami bersenda gurau dengan obrolan-obrolan kecil. Dalam obrolan itu terselip cerita-cerita acara manggang ikan Mujahir malam minggu kemarin yang diikuti oleh beberapa santri Surau Al Huda. Seolah menuntuk kekecewaan meraka ibu-ibu karena tidak turut diajak dalam acara melam minggu kemarin. Maka muncul lah ide untuk menggelar acara pesta perpisahan sekali lagi yang berlokasi di halaman posyandu Sungailakam.

Sorak-sorak gembira para bocah-bocah kecil yang mengetahui rencena itu. Kemudian ibu-ibu menyusun proposal kegiatan untuk diajukan kepada bapak-bapaknya (Suami mereka). Awalnya tak ku ketahui konsepnya abakalan seperti apa. Namun saat acara berlangusng , sungguh luar biasa seperti sedang ada acara hajatan satu kampung. Di sana terpasang sound sistem milik PWJS (Persatuan Warga Jawa Sungailakam), yang lengkap dengan alat karaokenya, kemudian meja hidang makanan beserta perlengkapannya dan alat-alat panggang yang begitu lengkap. Tentu tidak ketinggalan menu utamanya.

Semua bahan telah disiapkan oleh ibu-ibu dari pagi. Sementara saya masuk ke sekolah sebagaimana biasa menjalani rutinitas untuk mengajar di  jurusan TKR (Teknik Kendaraan Ringan) SMK Negeri 1 Karimun, ibu-ibu group kosidan dengan terorganisir membagi tugas untuk pesata mamlam itu. Ada yang belanja daging ayam, ada yang belanja ikan laut, ada yang menyiapkan masak nasi di rumah dan sambal beserta kerupuknya. Ada juga yang mencari jagung.

Sementara sore harinya ba’da sholat magrib, saat kami sedang mengaji bersama santri-santri, para bapak-bapak menyiapkan lokasi pelaksanaan pestanya. Dari mulai meja hidang beserta perlengkapannya sampai sound sistem dengan alat karaokenya sekaligus.

Ba’dha sholah isya, sontak semua jamaah isya surau (jama’ahnya banyak yang masih anak-anak dan remaja) gembira, karena waktu yang ditunggu-tunggu datang. Bergegaslah pulang untuk berganti pakaian dan kemudian meunju halaman posyandu Sungailakam.

Lantunan musik rebana dari cvd plyer mulai terdengar merdu. Aku yang masih di dalam kamar kos, bergegas keluar dengan kegembiraan yang hendak membuncah. Anak-anak kecil remaja, ibu-ibu dan bapak-bapaknya telah berkumpul dansibuk dengan acara panggang ikan dan daging ayam. Sebagian ada yang menata meja hidang dengan makanan yang telah disiapkan, dan sebagian lagi afa yang sibuk mengupas kulit jagung untuk dibakar. Sorak gembira saat pandangan mereka tertuju ke arahku yang tengah melangkah menuju area panggangan.

Saat hendak turut memanggang ikan, seorang ibu berkata padaku, “lho pak mabrur duduk aja di sana” sambil menunjuk meja karaoke. “wah, gak bisa nyanyi mbah” sahutku, ya, aku biasa memanggilnya dengan Mnah Eno. ”Mosok gak bisa, sholawatan aja bisa kok, paling keras lagi suaranya” , mbah eno menimpali jawabanku. “kalo sholawatan kan beda mbah, sholawatan kan bareng-bareng”. “Hei, cah-cah, sing gagah-gagah, sing ayu ayu, kene jak’i pak mabrur sholawatan karo karokean ki lho”. Serentak bersorak gembira anak-anak kecil itu, dan kami pun menuju meja karaoke yang sudah disiapkan. Diputarlah vcd kosidah dengan vokal group Al Aqsho. Ini group favoritku selain group Ahbabul Mustofa yang dipimpin Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Bersama-sama kami bersorak meneriakan sholawat. Dan hatipun gembira bersama, semua gembira, semua tersenyum lebar.

Tak terasasesi panggang pertama telah usai. Sesi panggang pertama itu yang dipanggang adalah ikan laut yang dibeli ibu-ibu di pasar puakang dekat pelabuha tradisional di Pulau Karimun. Saat pergantian sesi panggang ini, salah seorang ibu maju ke are karaoke kami, dan ikut bernyanyi bersama kami, dengan melantukan lagu “malam terakhir”, lagu dangdut yang entah dari mana daper vcd nya. Wah tertawa riang kami semua dengan ekspresi bernyanyinya. Mbak Narni, begitu lah panggilan ibu itu. Dengan penuh penghayatan terhadap syi’ir lagunya, disuguhkan lah sebuah mik untuk ku, dan ku sambut dengan turut ikut bernyanyi dan mencoba menghayatinya. Hanya senyum senyum geli aku menyanyikan lagtu itu. Walau suaranya serak serak fals dan ketukan yang tak teratur, tetap saja kami menyanyikannya dengan haru dan happy.

Emtah sampai berapa kali lagu “malam terakhir” itu dinyanyikan dengan berganti ganti vokal. Terkadang dengan sengaja, beberapa kata dalam syi’irnya diganti dengan kata yang menggambarkar suasana malam itu dan selama keberadaanku di lingkungan surau Al Huda. Benar-benar momen yang indah, gumamku dalam hati. Kesan yang tak sampai hati untuk beranjak pergi desa itu.


Saat menghayati syi’ir lagu perpisahan itu, tiba-tiba tiga bocah karib ku muncul dari blakang dan menyodorka sebuah bingkisan yang dilapisi sebuah kantong plastik. Surprize, dan gak tau harus ngomong apa, ku lanjutkan melantunkan nyanyian sambil ku ucapkan terimakasih ke pada semuanya. Dan bingkisan itu lah yang membuatku haru biru tak sanggup membendung air mata saat pagi ku buka.

0 Komentar:

Posting Komentar