Beberapa waktu ini aku berkunjung ke sebuah apotek di depan
kos. Apoteker dengan ramah menjamu ku dan menanyakan obat yang mau ku beli.
“Obat untuk demam, pilek, batuk dan tenggorokan sakit mbak”
aku menjawab pertanyaan mbak apotekernya.
Diambilkan sebotol sirup ukuran sedang dan satu kaplet pil
berbungkus silver. Merknya sama sekali tidak familiar untuk ku. Dan harganya
pun lumayan, untuk kantong seorang tuna karya seperti ku ini.
“Berapa semuanya mbak”, ku tanya sambil menyiapkan uang yang
ada di dalam dompet.
“mas, enten kertu member mboten mas?”, apoteker malah balik
bertanya.
aku pun bingung, “karto nopo to mbak” tanya ku balik.
“ooow, tenang mas, bikinnya gratis kok, boleh pinjam KTPnya
mas” jawab apoteker nyrocos sambil menggerak-gerakkan maouse komputer di
hadapannya.
sambil menunggu pembuatan kartu member jadi, ku lihat-lihat
sekeliling apotek. Rak-rak yang tersusun rapih, segala macam jenis obat di
atasnya. Mungkin obat sakit “lapar” saja yang tidak ada di sana.
Mataku terus menyisir dari rak ke rak. Sesampainya di sudut
depan berdekatan dengan diding kaca ada satu rak yang berbeda sdari yang lain.
Kerlap-kerlip keemasan berhiaskan pita di stiap bungkus obat, baik yang botol,
pil, oles, gosok dll. Semua yang tersusun di rak berkilau itu berpita. Karena
penasaran ku tanya ke mbak apotekernya,
“mbak, itu kenapa obatnya kok ada pita-pitanya mbak?” tanya
ku heran.
“ooowh, itu lagi ada diskon mas” jawabnya sambil tersenyum
agak manis.
“kita biasa mengadakai diskon obat tiap bulannya mas”,
jelasnya lebih lanjut.
“oowalah, obat kok ada diskonnya to yo,,, hehheee”, sambung
ku.
“lha emang kenapa mas?”, gantian mbak apotekernya yang
penasaran.
sambil senyum kecut, “lha kan obat kebutuhan wong sakit to
mbak, mosok yao kudu diiming-ingingne koyo dodolan rombengan karo abrag-abrag
dapur”, jawab ku.
“jadi gini mas” mbak apoteker mencoba memberi pengertiannya,
“sekarang orang-orang itu kesadarannya tentang kesehatan kan yo kurang, dadi
perlu diiming-imingi koyo ngunu. Ben soyo okeh sing do sehat to”,..
Aku manggut-manggut, tapi juga sambil mikir. Aku hanya
mbatin saja, apakah benar orang-orang sekarang kesadarannya akan kesehatan diri
berkurang. Dari mana indikasi ini dia dapat, apa mbak apoteker ini sudah survei
ke lapangan atau memang perusahaan tempat dia kerja yang sudah mensurvei kalau
memang benar orang-orang sekarang sudah mulai hilang kesadarannya akan
kesehatan. Wah, aku perlu bukti ini. Tapi kondisiku lagi mriyang, gak mungkin
untuk menyeleidiki keganjilan ini dalam waktu singkat.
“mbak mbak, lha emang enek opo wong sing pengen ora sehat?”.
tanya ku dengan selidik sederhana.
“yo kabeh pengen sehat to mas” jawabnya sederhana juga.
“lha terus lek kabeh ki pengene sehat, ketika sakit mesti
sing digolek kan yo obat to” selidikku lebih lanjut. “dadi obat kan kebutuhan,
kebutuhan wong sakit to mbak” tegasku.
Apoteker itu melirik ku dengan sedikit kecurigaan sambil
tetap sibuk dengan urusan member card apotek.
“lha terus maksud dan fungsine diskon nggo obat kui piye
mbak”. tanya ku kembali sambil mengambil KTP yang sudah tidak digunakan lagi.
“ya untuk menyadarkan masyarakat tentang kesehatan dan
berobat mas” jawabnya tegas.
“ooowh, iya mbak, semoga orang-orang yang kesadarannya akan
kesehatan berkurang itu segera digenapka yo, hehhee” jawabku dengan santai. “ben
gak ono wong sakit meneh yo mbak”, imbuh ku dengan penuh canda.
Manajemen pemasaran yang menggunakan metode 'diskon sekarang
sudah digunakan di semua produk pasaran, baik berupa barang maupu jasa. Dalam
konteks di atas, kalau memang perusahaan obat tersebut mendiskonkan obat-obat
produknya itu sebagai wujud untuk meringankan mereka yang sedang sakit-ingin
sembuh akan teptapi tidak punya cukup biaya, sungguh itu mulia sekali. Semoga
perusahaannya dilanggengkan dan dilancarkan dalam memproduksi obat-obatnya,
dimudahkan dalam mencari bahan bakunya.
Namun, jika perusahaan itu menyerang pasaran hanya agar
obatnya laku, agar tidak rugi atau agar produksifitasnya meningkat supaya
keuntungan semakin besar, dan pemilik saham pun puas, para karyawan juga senang
dengan pembagian satu persen dari keuntungan perusahaan. Semoga saja ada
kebaikan di sana dan semua yang bersangkutan mendapatkan kebaikan sekehendak
Tuhannya. Amiin.
0 Komentar:
Posting Komentar