Padaku
Oh bung.
Sajak ini seperti daun kering
yang jatuh di halaman dan
dianggap menjadi sampah saja.
Pada lah kau ini bernafas dengan
daur mendaur, yang seribu tahun
itu bagai tak lama, seperti baru dua kali mata
hari terbit, pancarkan kasih lalu sayang.
Bagaimana ada serendah hati itu untuk merayu?
Sedangkan nyali diri
saja hanya tentang senang sendiri,
bicara sendiri, bisu pun sendiri.
Bahkan sedu sedan itu
tak jua untuk mu.
Karena seperti kau punya bicara
"aku ini binatang jalang / dari kumpulan yang terbuang"
benar diakuinya,
walau kau
sendiri masih lah koyak di sentuh peluru,
dan meradang hingga kau terjang.
Kaupun harus lari, membawa luka
dan bisa hingga tak lagi terasa
menjalar jadikan biasa. Dan pada akhirnya
memang kau tak hanya tak peduli
tapi lebih dan tak benar peduli.
Berhela lah nafas daur mendaurmu
yang tak hanya seribu dua ribu,
daur lah mewaktu
yang menuju
yang menuju
Mayoe
Yogyakarta, 17 September 2017
0 Komentar:
Posting Komentar