Menatap Awanmu
Dari wajah barat merapi, kumenatap
sepagi itu. Berjajar bukit, membujur
dari kaki sumbing, ke pantai selatan
langkah mataku, melintang ketatkan
sabuk di pinggang yang menopang
lengkung, mendukung bongkah cerita
di punggung menciumi bukit, menoreh
kecupan-kecupan kabut kepada wajah
tanah hingga basah. Menuntut pagut
di puncak badai dingin semalaman.
Di puncak baru saja reda dari badai
semalaman mengamuk kuasa temu
yang tak sanggup kulayani sendiri
kurobohkan diri di bawah kenangmu.
Aku tertidur lelap memeluk hangat
kenangmu membawa mimpi baru
tentang bunga-bunga indah terawat
jemari kasih sayang yang mengakar biru.
Kicau burung memanggil sepoi angin
pagi, menyingkap kabut dari kaki lembah
'ku berdiri mewajah, pada putih selimut dingin
yang masih membalut kotamu dengan basah
bulir-bulir embun yang menggantung di ujung
bulu matamu. Menunggu jatuh silaunya mentari
dari balik merapi, merekahkan kelopak terkuntum
beku. Biarkan uap membawanya pada awan tinggi
Mayoe
Yogyakarta, Desember 2017
0 Komentar:
Posting Komentar