Jumat, 15 Desember 2017

Haji Merbabu



Mungkin pernah terdengar, dari kicau burung atau desir angin, tentang haji Merbabu. Barangkali aneh dan akan mendapat fatwa sesat dari para penyandang daun telinga berpagar tinggi. Dan sesuatu lelucon saja bagi yang mengukur puncak dengan ketinggian daratannya.

Puncak, haji sendiri secara tersurat justru ditunaikan di daratan rendah yang dikepung bukit-bukit pasir. Dan mengapa Merbabu juga berkaitan dengan haji. Adakah mitos yang tak tentu juntrungnya saja? Mungkin perlu pengkaji budaya aliran kepercayaan lokal. Tapi setidaknya aku sendiri sempat bertanya, mengapa bernama Merbabu.

Sepanjang mendaki dan menuruni kucari-cari. Memang saat di Puncak sempat terfikir, bahwa jika aku Merbabu, maka kuserahkan diri menjadi budak. Terserah tuan akan diapakan. Dibelenggunya, dimerdekakannya, atau selamanya menjadi budak, kuserahkan kepada yang kumerbabui.

Babu atau Budak, dan halusnya sebut saja Abdi adalah puncak penaklukan diri terhadap segala cakrawala kebebasan, kemerdekaan, kemandirian dan segala hal pelampauan. Merbabu, Membudak, Mengabdi adalah laku pemuncakan diri atas segala hal yang mampu dikuasainya.

Barangkali banyak sepelenya dari pengertian ini, lupakanlah. Karena Merbabu adalah laku sunyi berintim dengan alam. Tak akan tahu satu sama lain walau pendaki berjuta-juta seperti para penaik haji ke tanah suci. Bergerombol dengan seragam, pakaian kebesaran masing-masing. Mengibarkan bendera berwajah kebanggaan masing-masing.

Untukmu yang terpanggil, Merbabullah bersama badai, hujan, angin, siul-siulan burung, nyanyian serangga, dingginnya malam, tegakknya punggung bukit-bukit, dirikanlah dengan tunduknya embun di ujung daun-daun rerumputan di padang sabananya. Hiruplah dalam-dalam udara pengunci nyawa hidup, sedekah dari hijaunya para maalaikat penjaga.

Sesekali awan fatamorgana akan muncul diantara puncak triangulasi dan Kenteng songo. Berlarilah kecil-kecil, jangan bertanya untuk apa, karena diantaranya ada satu mata air yang tak terjumpai sepanjang pendakian. Ia mengalirkan air kesegaran satu koma lima liter per tiga menitnya.

Jagalah puncak haji, sebagaimana keintimanmu yang polos, jujur dan penuh kerahasiaan.

Mayoe
Merbabu, Desember 2017

0 Komentar:

Posting Komentar