Rabu, 06 Desember 2017

Di Kaki Bukit Kerinduan



Di Kaki Bukit Kerinduan 

Bagaimana akan kupertahankan kerinduan ini. Terlebih lagi mendaki ke puncak. Sementara baru sampai kaki-kaki bukit saja sudah dibuat menggigil dan hampir beku. Itu pun telah kutawar dengan menghisap kehangatan candu yang mengepulkan bayangmu. Barangkali kerinduanku tergantung di awan-awan itu, untuk sementara bertahan dari putih hingga menghitam pada ketinggian puncak takdirnya. Turun bersama kabut atau menjadi hujan dari genggaman malaikatnya. 

Betapapun, aku tetap melangkah. Walau malam, kabut yang rendah, udara yang basah, terperangkap beku menusuk gendang telinga, dengan suara-suara halus di kanan-kiri mengusik. Langkah demi langkah, perlahan nafas demi nafas, berjalan mendaki, punggung yang tegak berdukung, segungung-gunung beku kerinduanku. Melebat, jatuhkan gerai rambutku dengan basah di bahu. 

Dan aku berharap: sepoi angin hangat datang dari lautan Kasihsayangmu, mengirai rinduku yang basah, sehelai demi sehelai, dan menyelusup lalui bahu mencari beku atau sekedar dingin yang menggigil ini.

Mayoe 
Magelang, 6 Desember 2017

0 Komentar:

Posting Komentar