Sudah
minum kopi kan? Sini ku bisiki kau:
Tahu
kau, mengapa lelaki hobi sekali potong rambut. Ada yang tiga Bulan sekali, dua
bulan sekali, sebulan, dua minggu, bahkan ada yang hanya hitungan hari saja
sudah gatal mau potong lagi. Rambut itu daya tahan. Boleh dikata; kesetiaan.
Atau lebih syar'i lagi; ialah puasa. Dalam semua itu butuh dan memang merupakan
komitmen, kekuatan, pengorbanan juga kesabaran. Bukan main-main pula, semua itu
bertujuan. Pasti atau tidak pasti, jelas atau tidak, mengerti atau sama sekali,
juga paham atau kekeliruan saja. Dan satu lagi, walau tak sepenuhnya mesti:
tentang rindu, atau memang ialah kerinduan. Jadi, lelaki memang hobi bahkan
sekali, ingin segera memotong rindunya, kerinduannya. Walau setelahnya banyak
juga yang menggerutu, sampai menyesali; kependekan lah, potongannya kurang pas
lah, modelnya gak sesuai lah. Lalu ingin lekas panjang lagi dengan kemudian
ingin segera momotongnya lagi. Terus begitu, berkali-kali dan telah mentradisi
jaman ini.
Lain
hal dengan perempuan. Daya tahan, kesetiaan, dan betah berpuasa adalah rambut
kepalanya sendiri. Mahkotanya, yang dirawat dengan teliti. Disisir setiap hari,
dikramasi, sampai diberi nutrisi. Memang, ini hanya untuk perempuan yang masih
menggunakan naluri. Bukan hanyut dibawa tradisi apalagi modernisasi yang belum
tentu diketahuinya pasti. Apa lagi yang sejati. Tapi di kedalaman hati, walau
kecil sekali, masih lah ada itu naluri. Juga tentang kerinduannya, yang entah
teruntuk siapa. Tentu dipeliharanya sedemikian teliti.
Dan
aku sendiri, tak terlalu mengerti dengan panjang rambut ini. Jelasnya, belum
ada keinginan untuk memotong, terlebih menggunduli. Masih senang tergerai
panjang seperti ini. Mungkin juga dengan rindu ini. Masih senang tergerai
dikirai sepoi angin. Angin yang entah bertiup dari mana. Barat atau Timur,
Utara atau Selatan atau justru dari mata arah pengira hati. Dengan diam-diam
menelusup dan berbisik: rindukan aku pagi petang, siang malam yang panjang.
Hingga kau memohon-mohon kasih sayang. Dan aku datang dengan berlarian berlipat-lipat
panjang, hingga kau mabuk biji kepayang.
Mayoe, 2017
0 Komentar:
Posting Komentar